Selasa, 19 Juni 2012

CERPEN : Boneka Kayu Susi


Ada saudagar kaya yang sering bepergian jauh untuk berdagang. Saking seringnya, ia sampai tidak punya waktu untuk memperhatikan anak tunggalnya, Susan. Ibu Susan sudah lama meninggal. Sehari-hari Susan hanya ditemani pengasuhnya. Susan menjadi kesepian.
            Suatu hari, si saudagar tiba di sebuah desa kecil yang terpencil. Karena tidak ada hotel dan penginapan, terpaksa sang saudagar menginap di salah satu rumah penduduk.
            Rumah tempat saudagar menginap sangat sederhana. Hanya terbuat dari bamboo dan atapnya dari daun kelapa. Namun saudagar itu merasa beruntung karena rumah itu cukup terawatt, rapi, dan bersih.
            Pemilik rumah itu adalah seorang anak perempuan dengan ayahnya. Mereka berdua sangat akrab dan ramah. Sang saudagar mendapat hidangan buah-buahan hutan yang lezat pada saat makan malam. Anak perempuan itu bernama Susi.
            Sang saudagar jadi teringat kepada Susan. Cantiknya hamper sama, tetapi wajah Susi lebih riang dan manis walaupun mainannya hanya boneka kayu. Tidak seperti Susan yang selalu kelihatan sedih dan muram.
            Sang sau dagar ingin anaknya bisa semanis dan seriang susi. Ketika malam telah larut, sang saudagar pergi ke kamarnya. Mendengar canda Susi dengan ayahnya di kamar sebelah, sang saudagar tidak bisa tidur. Ia semakin teringat kepada Susan. Namun pekerjaannya masih banyak. Saudagar berjanji akan membawa oleh-oleh yang istimewa untuk Susan nanti.
            Sepulang dari perjalanan jauh sang saudagar memang selalu membawa oleh-oleh yang mahal buat Susan. Namun kali ini ia mau membawa hadiah yang bisa membuat susan riang. Hadiah yang bisa membuat Susan tersenyum manis seperti Susi.
            Sang saudagar mengira boneka kayu itulah yang membuat Susi selalu riang gembira. Karena itu ia berusaha mendapatkan boneka itu. Tapi ternyata Susi tidak mau dibujuk. Ketika ayah Susi sedang pergi ke sawah sang saudagar membujuk Susi, “Ayolah anak manis! paman akan membeli bonekamu dengan uang banyak, atau paman tukar bonekamu dengan mainan yang lebih bagus?” “Susi tidak mau! Susi tidak mau memberikan boneka ini kepada siapapun, ini kenang-kenangan dari almarhum ibu Susi” Susi pun memeluk erat bonekanya.
            Sang saudagar hamper putus asa. Tapi tiba-tiba ia mendapat akal. Ia berlutut dan menangis tersedu-sedu di hadapan anak perempuan itu. “Tolonglah anak manis, anak paman satu-satunya sedang sakit. Ia selalu menganis karena ingin punya boneka seperti itu. Apa kamu tidak kasihan kepadanya?”
            Susi menjadi iba. Ia mengira anak perempuan saudagar itu benar-benar sakit. Susi yang baik hati akhirnya memberikan boneka itu kepada sang saudagar. Mata sang saudagar pun berbinar-binar, dan ia mengeluarkan beberapa keeping uang emas kepada Susi. Tetapi Susi menolaknya, ia malah berlari ke kamarnya dengan menangis.
            Begitu mendapat boneka kayu itu, sang saudagar segera pulang. Tapi sungguh ia tak menyangka! Ternyata Susan tidak menyukai boneka itu, wahjahnya tetap pucat dan murung. Susan juga tidak mau berbicara apa-apa kepadanya. Susan malah meneteskan air mata, sang saudagar pun bingung.
            Hanya beberapa jam saja di rumah sang saudagar kembali pergi untuk berdagang. Di tengah perjalanan sang saudagar merenung. Boneka kayu itu tidak ada gunanya untuk Susan. Namun bagi Susi, itu adalah harta satu-satunya peninggalan ibunya. Oh sang saudagar menyesal sekali. Pasti sekarang bonekanya Susi sangat sedih dan menderita, pikirnya.
            Saudagar itu lalu dating kembali ke rumah Susi untuk mengembalikan boneka itu. Tapi ternyata dugaannnya keliru. Tampak Susi sedang tersenyum sangat manis di pangkuan ayahnya. Ayahnya sedang membuatkan dia boneka kayu yang baru. “Kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan uang” kata yang Susi tiba-tiba. Sang saudagar pun menunduk malu. Ia kini tahu, apa sebabnya Susan selalu murung dan Susi selalu gembira. Bukan karena boneka kayu tersebut, tapi karena kasih sayang dari ayahnya.
            Oh, sang saudagar jadi ingin cepat pulang. ia membatalkan rencana pekerjaannnya. Ia ingin cepat membawa oleh-oleh kasih sayang kepada Susan.


Oleh,
AHADHIM DARY ISMAYA
SMAN 1 Balikpapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar